Saat terbangun di pagi hari, yang langsung terbersit adalah menghilangkan rasa haus usai tidur beberapa jam. Ada beberapa alternatif minuman untuk pembuka pagi. Di antaranya teh, susu, dan kopi. Semuanya adalah pilihan yang menarik dan membuat rasa segar di pagi hari. Pasalnya, jenis minuman tersebut memiliki fungsi dan kelebihan masing-masing untuk tubuh.
Semua jenis minuman pembuka pagi sudah sangat mudah ditemukan di toko-toko terdekat. Salah satunya adalah teh dengan beberapa jenis dan varian. Teh yang kita kenal selama ini ada dua jenis yaitu teh bubuk dan teh dalam kantung saring yang dilengkapi dengan tali yang selama ini masyarakat sebut sebagai teh celup.
Jika melihat awal perkembangannya di dunia teh, hanya dikenal dalam dua bentuk, yaitu teh bubuk dengan bentuk aslinya yang dikeringkan dalam kondisi bubuk dan teh saring dengan bentuk teh kantung saring sebagai saringan agar partikel teh tidak menyebar di dalam air.
Teh saring pertama kali dikembangkan oleh suatu perusahaan teh yang berpusat di London pada akhir perang dunia II. Saat itu, jenis kategori teh yang diproduksi hanya teh saring.
Pengaruh perkembangan teh di Indonesia diawali pada era 1960-an dengan hadirnya teh saring menggunakan tali yang kemudian akrab disebut sebagai teh celup. Seiring berjalannya waktu, pengaruh penyebutan kata “celup” untuk teh menjadi sangat kental di lingkungan masyarakat hingga saat ini.
Tercatat, kini tingkat konsumsi teh di Indonesia berkisar 330 gram per kapita per tahun, atau kurang dari satu gram per hari. Sehingga persepsi yang mengakar sudah mengarah ke kata “celup”.
Sebenarnya, apa yang disebut teh celup adalah bagian dari teh saring yang menggunakan tambahan tali sebagai pengendali teh saring, dengan melakukan langkah mencelupkan teh ke dalam air. Sebaliknya, melihat fisik dari teh saring sangat mudah, yaitu teh kantung tanpa tali dengan penyajian yang lebih praktis, hanya tinggal mencampurkan teh saring ke air.
Kesalahan persepsi yang terjadi di masyarakat mengenai kategori teh ada baiknya perlu diluruskan, karena dalam industri teh hanya dikenal kategori teh bubuk dan teh saring. Sedangkan teh celup merupakan bagian dari teh saring.
“Menempatkan kembali posisi kata teh saring adalah sebuah usaha yang tidak mudah karena keakraban kata ‘celup’ yang sudah berjalan lama, yaitu mulai tahun 1960-an. Tetapi masyarakat secara perlahan akan menemukan persamaan persepsi dari kata teh saring yang sebenarnya,” kata praktisi industri teh Cicilia Sriliasta, di Jakarta, belum lama ini.
Saat ini, perkembangan teh saring (yang akrab dengan sebutan teh celup) cukup pesat. Hal ini ditandai dengan munculnya industri dengan beragam merek dan rasa. Dengan semakin berkembangnya pertumbuhan tersebut, akan mempercepat pemahaman masyarakat terhadap teh saring.
Sehingga bukan tidak mungkin pasar juga telah masuk dalam pertarungan persepsi. Jika persepsi tentang teh saring sudah menempati arti sebenarnya maka upaya berikutnya adalah mempertahankan persepsi yang sudah berjalan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar