Si bocah mungil nan lugu itu dengan mata binar dan hati gemetar membayangkan…
Betapa nikmatnya ya bisa sekolah seperti anak-anak itu, di balik
pagar tinggi itu ya…’ Betapa enaknya ya bisa bermain seperti mereka
berlarian kesana-kemari naik turun tangga, ketawa-ketawa penuh girang…?
Nun, ia tetaplah bocah mungil nan lugu yang miskin, kere kuntung yang
hanya kuasa mereka erat-erat pintu pagar yang tinggi, angkih, dan
dingin itu. Badan dan pakaiannya tetaplah kumal, lecek, sangat dekil,
sebab emak dan bapaknya tak pernah mampu membelikan parfum wangi dan
pakaian…tidak seperti mama dan papa anak-anak itu.
Sang bocah benar-benar tak mengerti, mengapa ia harus terlahir sebagai
anak kere miskin sehingga ia tak bisa sekolah dan bermain seperti
anak-anak sebayanya itu.
Tiba-tiba sebuah hardikan keras menyentakkannya dalam gemetarm. Miskin kok mau sekolah? Sekolah dari Hongkon..
Ini adalah novel yang amat mengenaskan, mengangkat lebih detail dan
menggigit parodi ketidakadilan dunia pendidikan dan sosial kita dalam
rangkaian kisah Orang Miskin Dilarang Sekolah!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar